APJI Minta Impor Jagung di Akhir Tahun
Petani mengumpulkan hasil panen jagung mereka. [via cnbc] |
Masalah impor jagung yang masih menjadi polemik tersendiri. Meskipun saat ini petani jagung masih panen, namun harga yang bergejolak membuat pemerintah memutuskan melakukan kebijakan impor jagung 50.000 hingga 100.000 ton.
Menurut Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin saat ini petani masih panen jagung, hanya saja jumlahnya lebih sedikt dibanding dengan kuartal pertama. Sehingga jika keran impor dibuka, maka bisa dilakukan hanya untuk akhir tahun ini saja, sengan tujuan stabilitasi harga.
"Masuk (jagung) sebelum Januari itu silahkan saja, karena memang panen jagung tidak sebesar di kuartal satu,” kata Sholahuddin, Sabtu, 17 November 2018.
Di awal tahun panen jagung pada Februari hingga Maret dengan masa tanam lahan kering pada bulan Oktober dan November. Selanjutnya pada Maret dan April memasuki masa tanam lagi, dengan masa panen di bulan Juni dan Juli.
“Untuk lahan basah irigasi itu pola tanamnya padi dan jagung. Saat ini yang masa tanam Juni san Juli pada bulan-bulan saat ini masih terjadi panen di beberapa daerah,” ungkapnya.
Adapun beberapa daerah yang saat ini masih panen jagung antara lain, Kediri, Mojokerto, Jombang Probolinggo, Jember, Situbondo dan Lombok Timur.
Meski demikian jika impor jagung dilakukan di awal tahun di mana pada saat itu petani jagung akan panen raya, maka harga jagung akan turun drastis dan berdampak pada ketertarikan petani menanam jagung yang semakin berkurang.
“Jika impor sampainya Januari, maka Itu sangat tidak mengahargai petani dimana petani saat itu panen raya. Nah itu yang akan menyebabkan harga jagung penen berada di angka Rp2.000. Ini juga secara psikologis melemahkan semangat petani untuk menanam,” ungkapnya.
Padahal hingga November Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim produksi jagung nasional mengalami surplus hingga 12,98 juta ton pipilan kering (PK) pada 2018.
Di sisi lain, Sholahuddin menilai produksi jagung sudah mencapai lebih dari 2 juta ton lebih dengan target tahunan secara nasional adalah 3 juta ton. Namun Sholahuddin tidak memastikan apakah angka ini akan terkejar hingga mencapai target akhir tahun.
“Yang pasti estimasi sudah mencapai 2 juta ton ini terlampaui. Karena kan target kita 3 juta ton. Target nasional 3 jt ton. Kalau dibanding tahun lalu produksi 2,4 juta ton, tahun ini saya perkirakan naik. Masih ada 1,5 bulan lagi lah, saya belum bisa beri estimasi” ungkapnya.(kontan)
No comments