1.3. Faktor yang Menentukan Status Organisme sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Keputusan Melakukan Pengendalian
Seekor sapi lepas yang masuk ke ladang jagung dengan cepat akan menghancurkan tanaman jagung pada ladang tersebut. Bandingkan bila yang masuk hanya seekor tikus, pasti kerusakan tanaman jagung tidak akan terlalu parah. Tetapi bagaimana dengan wereng coklat atau wereng hijau yang ukurannya begitu kecil, mengapa bisa merusakkan tanaman padi? Berbeda dengan sapi, jumlah wereng coklat dan wereng hijau sangat banyak karena berkembang dengan cepat. Tikus juga demikian, berbeda dengan sapi karena bisa berkembang dengan sangat cepat sehingga jumlahnya sangat banyak. Bagaimana bila yang dirusak oleh sapi adalah padi dan jagung, pada tanaman mana akan lebih merugikan? Kerugian yang akan terjadi bergantung pada nilai tanaman yang dirusak. Semakin tinggi nilai tanaman maka semakin merugikan organisme yang merusak tanaman. Kalau begitu, faktor apa yang menentukan status suatu organisme supaya berstatus sebagai organisme pengganggu tanaman?
Faktor yang pertama adalah kemampuan setiap individu organisme untuk menimbulkan kerusakan. Kemampuan ini berbeda-beda antar jenis organisme. Untuk organisme golongan binatang bergantung pada ukuran badannya dan perannya sebagai pembawa patogen (peran ini disebut vektor). Untuk organisme golongan mikroba, kemampuan ini bergantung pada kemampuannya menimbulkan penyakit (virulensi). Untuk organisme golongan tumbuhan, kemampuan ini bergantung pada daya saing (kompetisi) dan kemampuannya untuk menghasilkan senyawa alelopati. Semakin tinggi kemampuan setiap individu organisme untuk merusak maka semakin tinggi potensinya untuk berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan.
Faktor yang kedua adalah padat populasi organisme yang bersangkutan. Padat populasi, atau juga sering disebut kepadatan populasi, merupakan jumlah individu organisme satu jenis (spesies) pada satuan luas dan pada waktu tertentu. Misalnya, padat populasi tikus adalah 15 ekor tikus/ha, pada populasi wereng coklat adalah 3 ekor imago/rumpun. Padat populasi suatu jenis hama berubah-ubah dalam waktu dan ruang bergantung pada kemampuannya berkembang biak. Tikus dengan padat populasi 25 ekor/ha akan lebih merusak dibandingkan dengan tikus yang padat populasinya 5 ekor/ha. Wereng coklat yang padat populasinya 25 ekor/rumpun lebih merusak daripada wereng coklat yang populasinya 3 ekor per rumpun. Semakin tinggi padat populasi seuatu organisme maka semakin tinggi potensinya untuk berstatus sebagai organisme pengganggu tumbuhan.
Faktor ketiga adalah nilai tanaman yang dirusak oleh organisme. Dalam hal ini nilai dapat berupa nilai ekonomi dalam bentuk uang dan nilai sosial atau nilai budaya. Jagung tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, tetapi mempunyai nilai sosial yang tinggi bagi masyarakat di perdesaan Timor Barat karena merupakan bahan pangan pokok. Dalam banyak kasus, nilai ekonomis tanaman seiring dengan nilai sosial dan nilai budayanya. Misalnya, harga buah sirih dan pinang di Kupang mahal karena sirih dan pinang mempunyai nilai budaya yang tinggi. Namun tidak selalu demikian, beberapa ntanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ternyata kurang mempunyai nilai sosial dan nilai budaya.
Ketiga faktor di atas, yaitu kemampuan merusak seriap individu organisme, padat populasi organisme, dan nilai tanaman yang dirusak oleh organisme, selanjutnya dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan tanaman dan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan populasi organisme perusak. Kerentanan tanaman menyatakan seberapa mudah suatu jenis tanaman mengalami kerusakan apabila dirusak oleh organisme tertentu. Kerentanan tanaman dalam mengahadpi organisme perusak berbeda-beda bergantung pada jenis organisme yang merusak. Sementara itu, berbagai faktor lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara, kebasahan permukaan tanaman, kelembaban tanah, dan sebagainya dapat menguntuntungkan perkembabiakan organisme perusak dan pada saat yang sama merugikan pertumbuhan tanaman.
Bila ditanya, mana yang lebih berpotensi berstatus sebagai OPT, tikus pada tanaman jagung atau wereng coklat pada tanaman padi. Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus diketahui kemampuan merusak seekor tikus dan seekor wereng coklat, misalnya masing-masing 0,7 untuk tikus dan 0,01 untuk wereng coklat. Kemudian harus diketahui pula padat populasi masing-masing, misal 5 ekor/ha untuk tikus dan 1.500/ha untuk wereng coklat. Selanjutnya nilai kedua tanaman, misalnya hanya digunakan nilai ekonomis dari produksi 3,500 kg/ha dengan harga Rp 2.500/kg untuk jagung dan dari produksi 5.000 kg/ha dengan harga Rp 4.500/kg untuk padi. Dalam hal ini, potensi tikus untuk berstatus sebagai OPT adalah 0,7*5*3500*2500, sedangkan potensi wereng coklat untuk berstatus sebagai OPT adalah 0,01*1500*5000*4500. Silahkan hitung sendiri, mana di antara kedua organisme ini yang lebih berpotensi menjadi OPT.
Untuk menentukan apakah harus dilakukan pengendalian atau tidak, pertama-tama perlu diketahui besar kehilangan hasil (BKH). BKH merupakan kombinasi antara kemampuan individu OPT menyebabkan kerusakan, padat populasi OPT, dan produksi per hektar. BKH yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500 dan BKH yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*5000. Selanjutnya, perlu dihitung nilai kehilangan hasil (NKH) yang merupakan hasil kali antara BKH dengan harga produksi per satuan hasil. NKH yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500*3000 dan NKH yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*3500*4500. Kemudian, perlu perlu pula dihitung biaya pengendalian per hektar (BPH) yang nilainya bergantung pada cara pengendalian yang digunakan dan besar kehilangan hasil yang dapat diselamatkan (BKHS). BKHS bergantung pada efektivitas cara pengendalian, dinyatakan sebagai persentase dari kehilangan hasil, misalnya 60% untuk tikus dan 45% untuk wereng coklat. Dengan menggunakan BKHS ini, selanjutnya dihitung BKHS dalam satuan produksi. Untuk tikus, BKHS yang disebabkan oleh tikus adalah 0,7*5*3500*0,60 dan BKHS yang disebabkan oleh wereng coklat adalah 0,01*2500*3500*0,45. Berdasarkan atas nilai BKHS ini selanjutnya ditentukan NKHS dengan mengalikan BKHS dengan harga per satuan hasil. Pengendalian dilakukan terhadap OPT bila selisih antara NKHS dan biaya pengendalian bernilai positif (contoh perhitungan). Dalam hal harus memilih pengendalian terhadap 2 jenis OPT, prioritas diberikan terhadap OPT dengan selisih positif yang lebih besar.
Lalu bagaimana memperoleh kemampuan merusak, padat populasi, dan nilai tanaman? Untuk memperoleh ini semua diperlukan penelitian. Angka-angka yang disebutkan di atas bukanlah angka-angka sebenarnya, melainkan hanya angka sembarang yang digunakan sekedar sebagai contoh. Bila Anda berminat untuk mengetahui angka-angka tersebut untuk berbagai jenis organisme dan berbagai jenis tanaman, Anda dapat memilih minat perlindungan tanaman. Perlindungan tanaman menjadi penting karena kerusakan tanaman terjadi setelah petani mengeluarkan biaya untuk mengolah tanah, memupuk dan mengairi (ilmu tanah) serta memilih benih jenis tanaman tertentu, menanam dengan jarak tanam dan pola pertanaman tertentu pada musim tanaman tertentu, dan memanen hasilnya (agronomi), untuk kemudian mengolah hasilnya (ilmu pangan). Biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih, membeli pupuk, mengolah tanah dan mengairi, dan menanam semuanya akan menjadi sia-sia bila tanaman kemudian dirusak oleh organisme pengganggu tumbuhan. Apa yang dapat dipanen dan diolah, apalagi dijual untuk menjadikan NTT sebagai provinsi jagung misalnya, bila tanaman sudah dirusak OPT?
Softskill
Bagikan tulisan ini melalui Google +, Facebook, atau Twitter dengan mengklik ikon berbagi yang terdapat di bagian bawah tulisan. Kemudian berikan komentar dengan menggunakan alamat email yang menggunakan nama sebenarnya, dengan cara mengetikkan dalam kotak Masukkan komentar Anda... mengenai apa yang dapat dipahami dari tulisan di atas dan ajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahami dan kemudian mengklik tombol Publikasikan. Sampaikan komentar dan pertanyaan maksimum sebanyak 150 kata selambat-lambatnya pada 16 Maret 2018.
Hak cipta tulisan ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Untuk memahami tulisan singkat ini secara lebih tuntas, silahkan klik setiap tautan yang tersedia. Bila Anda masih mempunyai pertanyaan, silahkan sampaikan melalui kotak komentar di bawah ini.
No comments