Minyak Wangi Alami Dari Mentha Mearsia
Mentha (Mentha spp), tanaman aromatik penghasil minyak atsiri yang bernilai tinggi yang bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah sub tropik. Minyaknya digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan, minuman dan farmasi dengan rasa khas yaitu sejuk menyegarkan. Banyak jenis mentha yang diperdagangkan di dunia di antaranya Mentha arvensis yang menghasilkan minyak cormint dan kristal menthol.
Indonesia sampai saat ini masih mengimport minyak tersebut antara lain dari Jepang, Australia dan Amerika. Padahal tanaman jenis ini dapat dibudidayakan di Indonesia karena tidak memerlukan hari panjang untuk berbunga yang merupakan indikator panen yang tepat sehingga produksi dan mutunya tinggi. Beberapa nomor koleksi plasma nutfah dari jenis ini dengan melalui karakterisasi, evaluasi, seleksi dan uji adaptasi pada enam agroekologi dan telah dilepas varietas unggul mentha yaitu Mearsia1 (Mentha arvensis Indonesia 1) dengan SK Mentan Nomor : 4001/Kpts/SR.120/2010 tanggal 29 Desember 2010.
Mentha (Mentha spp) merupakan salah satu tanaman aromatik penghasil minyak atsiri yang bernilai tinggi. Tanaman ini tergolong dalam famili Labiatae dari genus herba menahun yang terdiri dari 25-30 jenis yang dibudidayakan dan liar. Mentha bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah sub tropik (temperata) yang tersebar di lima benua.
Minyak mentha banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan, minuman dan farmasi sebagai obat antiseptik, anti spasmodik, minyak angin, balsam, inhaler, bahan pasta gigi, pengharum gula-gula, parfum dan kosmetik. Jenis minyak mentha yang banyak diperdagangkan di pasar dunia adalah minyak permen (true pepermint) yang diperoleh dari Mentha piperita, minyak mentha kasar (cormint oil) dari M. arvensis, minyak spearmint dari M. spicata, minyak pennyroyal dari M. pulegium dan minyak bargamot dari M. citrata .
Jenis-jenis minyak mentha tersebut yang paling banyak digunakan oleh berbagai industri adalah minyak permen, minyak cormint dan kristal menthol. Minyak M. arvensis (cormint oil) dapat diolah menjadi menthol dan dimentholized oil (DMO), sedang DMO dapat digunakan sebagai substitusi minyak permen (perment oil).
Di Indonesia yang menjadi masalah utama dalam pembudidayaan dari jenis tanaman mentha adalah tanaman jarang berbunga dan malahan tidak berbunga sama sekali. Hal ini disebabkan umumnya jenis yang dibudidayakan di daerah sub tropik tergolong tanaman hari panjang, yaitu membutuhkan panjang hari atau penyinaran 16-18 jam agar tanaman dapat berbunga. Bunga merupakan indikator terbaik untuk menentukan waktu panen, karena kadar minyak dan total mentholnya mencapai maksimum pada masa pembungaan penuh.
(Mentha-F, Foto : Balittro) |
Sebagian besar dari jenis piperita, spicata, pulegium dan citrata tidak berbunga di Indonesia. Jenis mentha yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia adalah jenis M. arvensis yang tidak membutuhkan panjang hari tertentu untuk berbunga. Indonesia masih mengimpor minyak mentha dan kristal menthol untuk kebutuhan dalam negeri. Sampai saat ini volume dan nilai impornya cukup tinggi. Volume impor minyak cormint tahun 2005 mencapai 82.2 ton dengan nilai US $ 2.87 juta dan kristal menthol 648.1 ton senilai US $ 4.6 juta.. Volume dan impor ini akan terus meningkat dengan berkembangnya industri dan penduduk.
Kebutuhan minyak permen, cormint, DMO dan kristal menthol yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga tanaman mentha dari jenis M. arvensis berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri atau mengurangi ketergantungan impor, menghemat devisa, menambah lapangan kerja dan penghasilan petani.
Substitusi impor dengan memproduksi minyak menthe dan kristal menthol di Indonesia merupakan langkah strategis apabila sistem agribisnis mulai dari hulu sampai hilir telah dikuasai Pemuliaan mentha telah dilakukan oleh Balittro pada awal tahun 1986-1990, 1991-1996 dan dilanjutkan lagi pada tahun 2007-2009, terutama ditujukan untuk mendapatkan varietas unggul yang memiliki produksi terna, produksi minyak dan kadar total menthol yang tinggi.
SILSILAH VARIETAS
Mentha termasuk ke dalam famili Labiatae, merupakan tanaman herba menahun yang berasal dari daerah subtropik dan masuk ke Indonesia sebagai koleksi plasma nutfah di LPTI (Lembaga Penelitian Tanaman Industri) tahun 1939-1950. Walaupun sudah lama dikoleksi namun sampai dengan tahun 1986 koleksi plasma nutfah tersebut baru diteliti di Balittro. Mentha dapat diperbanyak dengan biji, tetapi tanaman ini di Indonesia jarang berbiji dan pada umumnya diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan cara setek pucuk.
Pengumpulan plasma nutfah mentha mulai dari jenis sampai varietas selain dilakukan dengan cara eksplorasi juga introduksi dari daerah asalnya. Eksplorasi dilakukan ke daerah yang diduga terdapat tanaman mentha di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta introduksi dari negara Taiwan, Jepang, Australia dan Amerika. Dari hasil eksplorasi dan introduksi yang terkumpul ada 21 aksesi yang dikoleksi di KP. Manoko, Lembang dan KP. Gunung Putri, Cipanas.
Setelah lebih dari 50 tahun dikoleksi di KP. Manoko, Lembang dan KP. Gunung Putri, Cipanas baru pada tahun 1986 mulai diteliti. Dari 21 aksesi yang terkoleksi dari hasil eksplorasi dan introduksi diobservasi berdasarkan daya hasil tinggi baik dari produksi terna, produksi minyak maupun total menthol. Dari hasil seleksi 21 aksesi tersebut terpilih 7 nomor dengan hasil terna basah > 100g/tanaman. Dari 7 nomor tersebut kemudian diseleksi lagi dan terpilih 4 nomor harapan yaitu Mear 0010, Mear 0011, Mear 0012 dan Mear 0013 dengan rata-rata hasil terna basah > 200 g/tanaman, terna kering angin >50 g/tanaman dan kadar total menthol > 40%.
MEARSIA I
UJI ADAPTASI
Untuk mendukung pelepasan varietas mentha telah dilakukan uji adaptasi pada tahun 2008. Tanaman M. arvensis direkomendasikan dapat hidup di dataran rendah dan atau dataran medium, maka ketentuan pengujian dilakukan di 2 elevasi yaitu di dataran rendah (< 400 m dpl) dan dataran medium (400-700 m dpl), masing-masing elevasi ada 3 lokasi pengujian dan 3 kali panen dalam setahun. Lokasi pengujian di dataran rendah yaitu Kebun Petani di Cileungsi (100 m dpl), KP. Cimanggu (250 m dpl) dan KP. Sukamulya (350 m dpl), sedangkan lokasi pengujian di dataran medium yaitu KP. Pakuwon (450 m dpl) KP. Cicurug (550 m dpl) dan Kebun Petani di Tegaluar (700 m dpl).
Suatu varietas dapat dilepas menjadi varietas unggul mempunyai syarat salah satunya adalah stabil. Kestabilan varietas dapat diketahui melalui uji adaptasi di beberapa agroekologi di wilayah pengembangannya. Penanaman di beberapa agroekologi ditujukan untuk mengetahui potensi genetik dan interaksi genotip dengan lingkungan.
Jika interaksi genotip dengan lingkungan tinggi, maka pengembangan varietas diarahkan ke spesifik lingkungan (adaptasi sempit) sedangkan jika nilainya rendah dan potensi genetik tinggi menunjukkan varietas tersebut dapat dikembangkan sebagai varietas dengan adaptasi luas. Kestabilan suatu varietas dapat diketahui melalui nilai stabilitas genotipnya.
TEKNIK BUDIDAYA
Teknik budidaya dilakukan sesuai dengan Pedoman Teknis Budidaya Mentha (Mentha arvensis L.) adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan bahan tanaman (setek pucuk) sebagai benih Untuk penyiapan bahan tanaman dilakukan dengan menggunakan setek pucuk 3-5 ruas. Kemudian setek tersebut disemaikan dalam polibag ukuran 10x15 cm dengan media tanah dan pupuk kandang (2:1), setek-setek tersebut tidak tahan panas matahari, oleh karena itu dibutuhkan naungan. Selama pemeliharaan setek-setek harus dijaga agar lingkungan tetap lembab dan penyiraman dilakukan setiap hari atau dilihat kondisi persemaian. Benih tersebut setelah berumur ± 1 bulan (15-20 cm) dapat dipindahkan ke lapang.
2. Penyiapan, pengolahan lahan, ploting dan penanaman Sebelum benih ditanam, tanah yang digunakan diolah terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga bersih dari gulma seperti alang-alang, rumput dll. Tanah diolah dengan cara mencangkul agar akar gulma dapat dibuang, kemudian tanah digemburkan dari bongkahanbongkahan tanah. Tanah yang sudah gembur dan bebas dari gulma kemudian dibuat bedengan/guludan sesuai dengan kebutuhan.
Jarak tanam 60 x 40 cm (jarak antar baris 60 cm, jarak dalam baris 40 cm). Kemudian dibuat lubang tanam dan diberi pupuk kandang dengan ukuran 30 ton/ha (± 0,75 kg/tanaman) diberikan satu minggu sebelum tanam ke dalam lubang tanam dengan cara dibenamkan dan diaduk merata dengan tanah. Penanaman benih, benih yang sudah berumur ± 1 bulan di tanam dalam lubang tanam, dalam posisi tegak dengan sedikit ditekan pada bagian pangkal batang. Kemudian tanaman segera disiram sampai betulbetul basah. Untuk menghindari dari panas matahari bila diperlukan dapat dinaungi dengan gedebog/batang pisang.
3. Pemeliharaan yang diperlukan meliputi pemupukan, penyiangan, pengairan/penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit Pemupukan sangat dibutuhkan oleh tanaman mentha baik pupuk kandang maupun buatan. Pupuk kandang diberikan dengan ukuran 30 ton/ha sebagai pupuk dasar, sedang pupuk buatan Urea, TSP dan KCl masing-masing dengan dosis 150 kg/ha. Pemberian pupuk kandang diberikan seminggu sebelum tanam dan pupuk buatan diberikan 2 kali yaitu pada umur 2-3 minggu dan 1-2 bulan. Pemupukan pertama ½ dosis pada pemupukan kedua. Bila diperlukan diberikan pupuk daun dengan dosis 2 g/l setiap minggu.
Penyiangan dilakukan karena pertanaman mentha harus bebas dari gulma apalagi terikut dalam panen bersama ternanya akan mempengaruhi mutu dan aroma minyaknya. Biasanya penyiangan dilakukan lebih intensif menjelang panen terna. Penyiraman sangat diperlukan, tanaman mentha sangat membutuhkan air cukup banyak selama pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan, setiap minggu atau tergantung dengan kondisi lapangan.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan insektisida yang diberikan satu minggu sekali atau bila populasi hama mulai nampak dengan dosis 2 g/l. Untuk penyakit dapat menggunakan fungisida atau bakterisida dengan dosis 2 g/l diberikan apabila terlihat gejala penyakit dengan penyemprotan satu minggu sekali atau dengan menggunakan agensia hayati, dan apabila ada hama diberikan insektisida dengan dosis 2 g/l dilakukan seminggu sekali.
4. Panen
Panen dilakukan dengan memotong sebagian tanaman dengan sabit atau gunting ± 20 cm dari permukaan tanah. Panen terna pertama (± tanaman berumur 3-4 bulan) dilakukan pada saat tanaman berbunga 50-75% dari jumlah populasi tanaman. Bekas potongan batang akan mulai tumbuh lagi dan berkembang 3-4 bulan kemudian dan siap dipanen kedua selanjutnya 3-4 bulan kemudian panen ketiga.
Panen dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00-10.00) saat udara cerah agar tidak ada embun yang menempel pada daun yang menyebabkan daun busuk. Panen pada waktu hujan dihindari, karena menyebabkan daun cepat busuk. Apabila pemeliharaan dan penyiraman dilakukan intensif maka dapat dipanen sampai 3 kali dalam setahun.
5. Pengolahan bahan dan analisa mutu
Terna dijemur ± 2 jam setiap hari dari pukul 08.00-10.00 dengan cara membolak-balik terna, selanjutnya dijemur secara kering angin di tempat yang teduh dan kering. Terna diusahakan jangan sampai busuk karena berpengaruh terhadap mutu dan aroma minyak yang dihasilkan. Penjemuran terna dilakukan selama ± 3 hari hingga bobotnya susut mencapai ± 1/3 dari terna segar atau dengan kadar air sekitar 20-25%.
Penjemuran dengan cara dikeringanginkan dan tidak boleh langsung di bawah sinar matahari karena minyak mentha yang ada di daun mudah menguap. Terna yang sudah dikering anginkan dengan kadar air sekitar 20-25% kemudian disuling dengan cara air dan uap (water and steam distillation) memakai sistem kohobasi serta pemanasan langsung dengan api selama 2 sampai 3 jam.
Minyak yang dihasilkan dari penyulingan kemudian dipisahkan dengan airnya dan dikeringkan dengan Na2SO4 anhidris dan terakhir disaring. Hasil penyulingan minyak dihitung sebagai produksi minyak sehingga dapat diketahui kadar minyak dan mutu minyaknya. Kadar total menthol dianalisa dengan GC (Kromatografi Gas).
Suatu varietas dapat dilepas menjadi varietas unggul mempunyai syarat salah satunya adalah stabil. Kestabilan varietas dapat diketahui melalui uji adaptasi di beberapa agroekologi di wilayah pengembangannya. Penanaman di beberapa agroekologi ditujukan untuk mengetahui potensi genetik dan interaksi genotip dengan lingkungan.
Jika interaksi genotip dengan lingkungan tinggi, maka pengembangan varietas diarahkan ke spesifik lingkungan (adaptasi sempit) sedangkan jika nilainya rendah dan potensi genetik tinggi menunjukkan varietas tersebut dapat dikembangkan sebagai varietas dengan adaptasi luas. Kestabilan suatu varietas dapat diketahui melalui nilai stabilitas genotipnya.
Untuk mendukung pelepasan varietas mentha, dilakukan uji adaptasi mentha (Mentha arvensis) di beberapa agroekologi. Uji adaptasi nomor harapan mentha dilakukan pada tahun 2008 di 6 agroekologi di daerah pengembangannya yaitu 3 lokasi di dataran rendah dan 3 lokasi di dataran medium. Analisa data dari 6 agroekologi, dilakukan terhadap hasil terna basah/tanaman (g/tanaman), hasil terna kering angin/ tanaman (g/tanaman), produksi terna basah dan kering angin (ton/ha/th), produksi minyak (kg/ha/th) dan kadar minyak (%). Mutu minyak yaitu kadar total menthol (%) serta sifat fisik dan kimia minyak.
Hasil uji adaptasi 4 nomor harapan mentha di 6 agroekologi selama 1 tahun dan produksi dalam 3 kali panen menunjukkan bahwa dari karakter produksi terna basah dan kering angin, produksi minyak, kadar minyak dan kadar total menthol, dapat diperoleh satu varietas Mearsia 1 yang stabil dengan rata-rata di atas rerata umum dan mampu beradaptasi pada semua lingkungan dengan keunggulan yaitu: Produksi terna basah 10,57 ton/ha/th, produksi terna kering angin 3,64 ton/ha/th, produksi minyak 80,72 kg/ha/th, kadar minyak 2,77 % dan kadar total menthol 64,26 %. Karakteristik morfologi yaitu bentuk daun memanjang (oblongus), warna daun hijau tua ((7.5 GY 4/6) dan warna batang merah keunguan (5R 4/4).
Dekripsi Varietas unggul mentha MEARSIA 1 (singkatan dari Mentha arvensis Indonesia 1) adalah sebagai berikut :
TEKNIK BUDIDAYA
Potensi sifat unggul dari suatu varietas unggul akan muncul pada kondisi lingkungan optimal. Oleh sebab itu varietas unggul harus dibudidayakan berdasarkan rekomendasi teknik budidaya.
Pembibitan
Pegagan diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan stolon, geragih atau tunas anakan. Benih yang akan ditanam adalah tunas yang sudah berakar dan memiliki minimal sepasang daun. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal setahun. Walaupun pegagan berbiji, perbanyakan dilakukan melalui bagian stolon (vegetatif), yang disemaikan terlebih dahulu selama 2 – 3 minggu. Persemaian menggunakan polibag kecil, diisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (2 : 1), diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari. Setelah berumur sekitar 3-4 minggu, benih siap dipindahkan ke lapang.
Penerapan teknik budidaya yang baik sangat dianjurkan untuk memperoleh kualitas hasil tanaman yang stabil, karena mutu simplisia yang diharapkan tidak hanya meliputi standar morfologis, anatomi atau komponen aktif tetapi juga ketetapan-ketetapan mutu fisik lainnya. Pengolahan lahan dan pembuatan bedengan Pengolahan tanah dilakukan sedalam 20 cm, digemburkan dan dibersihkan dari gulma dan ranting-ranting, lalu dibuat bedengan dan saluran drainase, untuk mencegah terjadinya genangan di lahan. Setelah tanah diolah dan dibersihkan dibuat bedengan dengan ukuran 1.5 x 8 m dan lubang tanam sesuai jarak tanam 40 cm antar baris dan x 30 cm dalam baris.
Penanaman di lakukan pada musim hujan. Dua minggu sebelum tanam petakan terlebih dahulu diberi pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Pada saat tanam dilakukan pemupukan yang berupa Urea, SP-36 dan KCl untuk 1 hektarnya masing-masing 200 kg, 200 kg dan 200 kg. Pemberian pupuk anorganik dilakukan dengan cara menaburkan pupuk tersebut di sekeliling tanaman setelah tanaman ditanam. Pupuk kandang dan urea diberikan kembali setiap selesai panen dengan dosis masing 10 ton/ha dan 100 kg/ha. Untuk meningkatkan kandungan bahan aktifnya, dapat ditambahkan pupuk daun, dengan dosis sesuai anjuran dari produk yang digunakan setiap kali selesai panen.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Pada saat musim kemarau yang berkepanjangan harus dilakukan penyiraman setiap hari. Penyiangan dilakukan setiap bulan mulai 1 bulan setelah tanam (BST) atau sesuai dengan kebutuhan. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan sesuai keperluan mulai 1 BST dan pembumbunan disesuaikan dengan kondisi tanah dan curah hujan.
Panen
Panen dilakukan 3 kali, panen pertama setelah tanaman berumur 4 bulan, selanjutnya setiap 2 bulan dengan cara memangkas bagian daun dan tangkainya saja. Setelah panen daun yang masih baik (segar) dipisahkan dari daun-daun yang telah kering dan berwarna hijau kemudian dicuci hingga bersih. Daun ditiriskan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dengan menggunakan tampah yang ditutup dengan kain hitam selama lebih kurang 3 hari atau menggunakan blower atau oven pada suhu 50oC.
Deskripsi Varietas Mearsia1
Daun
Bentuk : Memanjang (oblongus)
Warna : Hijau tua (7.5 GY 4/6)
Ujung : Runcing (acutus)
Pangkal : Runcing (acutus)
Tepi : Bergerigi (serattus)
Permukaan : Halus
Letak : Berseling berhadapan
Susunan tulang : Menyirip (penninervis)
Panjang (cm) : 4,28 ± 0,58
Lebar (cm) : 2,05 ± 0,53
Panjang tangkai (cm):0,83 ± 0,26
Tebal (mm) : 0,21 ± 0,06
Jumlah daun per tanaman :1170,10 ± 501,47
Batang
Habitus/ tipe pertumbuhan :Tegak
Warna : Merah keunguan (5R 4/4)
Bentuk : Bersegi 4 (guadrangularis)
Percabangan : Simpodial
Permukaan : Licin (laevis)
Tinggi tanaman (cm) :52,75 ± 13,62
Diameter batang (cm) :0,54 ± 0,80
Panjang ruas (cm) : 3,74 ± 1,74
Jumlah cabang per tanaman :27,07 ± 12,22
Bunga
Pembungaan : Berbunga
Bunga majemuk : Tak berbatas (inflorescentia racemosa)
Letak : Axial
Warna : Putih
Jumlah bunga majemuk pada setiap ketiak daun: 20 - 25
Jumlah benang sari : 4
Jumlah putik : 1
Kedudukan putik terhadap benang sari : Lebih tinggi dari benang sari
Warna putik : Putih
Warna stamen : Kecoklatan
Akar dan stolon
Panjang akar (cm) :44,63
Panjang stolon (cm):124,30
Jumlah stolon : 21
Warna stolon : Merah keunguan (5R 4/4)
Terna
- Bobot terna basah (g/tanaman) : 362,358 ± 106,06
- Bobot terna kering angin(g/tanaman) : 124,895 ± 35,707
- Produksi terna basah (t/ha/th) : 10,57 + 3,09
- Produksi terna kering angin (t/ha/th) : 3,64 + 1,04
Minyak
Produksi minyak (kg/ha/th) :80,72 ± 13,27
Kadar minyak (%) : 2,77 ± 0,42
Kadar total menthol (%) :64,26 ± 8,79
Rekomendasi wilayah pengembangan :Dataran rendah sampai dataran medium (100 mdpl – 700 mdpl)
(*) Sumber : Badan Litbang Pertanian Edisi 2 - 8 Mei 2012 No.3455 Tahun XLII, Endang Hadipoentyanti, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) – Foto : Balittro
No comments